Mitos 1 :
Hipnotis itu sesat karena berhubungan dengan kuasa gelap, mistik
dan klenik, oleh karena itu berbahaya, dosa dan harus dihindari.
Fakta :
Hipnotis itu tidak ada hubungannya
dengan mistik atau klenik, melainkan adalah salah satu dari
sekian banyak metode psikoterapi yang ada.
Mitos 2 :
Hipnotis sering digunakan dalam kriminalitas, oleh karena itu
harus dilarang dan tidak boleh dipelajari.
Fakta :
Sama seperti cabang ilmu lainnya,
hipnotis bisa dimanfaatkan untuk hal hal yang positif, bisa juga untuk hal hal
yang negatif.
Mitos 3 :
Ketika seseorang berada dalam kondisi terhipnotis, maka orang
tersebut akan kehilangan kesadarannya sehingga berada di bawah kontrol penuh
sang hypnotist (seperti yang sering ditayangkan di TV).
Fakta :
Ketika sedang berada dalam kondisi
trance, seorang Klien (orang yang dihipnotis) masih sadar dan masih bisa
mendengarkan suara di sekelilingnya, dan umumnya Klien masih bisa membuka mata
dan meninggalkan ruangan setiap saat (kecuali Klien dengan tingkat
sugestibilitas yang tinggi dan masih belum tahu caranya untuk mengontrol
“kelebihannya”).
Mitos 4 :
Orang yang
dihipnotis kadang tidak bisa dibangunkan kembali.
Fakta :
Kondisi terhipnotis itu sebenarnya
tidak sama dengan kondisi tertidur, dalam kondisi terhipnotis seorang Klien
masih sadar dan bisa mendengar suara, hanya bedanya, dalam kondisi terhipnotis
Klien berada dalam kondisi rileks dan nyaman sehinggga cenderung untuk malas
berpikir, mengabaikan lingkungan sekelilingnya dan hanya fokus pada apa yang
diucapkan oleh ahli hipnotis. Jadi kalau hipnotis bukan tidur, kenapa harus
dibangunkan?
Mitos 5 :
Wanita lebih mudah dihipnotis dan orang yang mudah terhipnotis
adalah orang orang yang lemah secara mental.
Fakta :
Proses Hipnotis bukanlah sebuah
pertarungan mental, melainkan sebuah proses yang membutuhkan kerja sama dan
komunikasi antara Ahli Hipnotis (operator) dan Klien.
Mitos 6 :
Hipnotis
hanyalah untuk orang yang mengalami gangguan mental saja.
Fakta :
Memang pada awalnya Hipnotis digunakan
untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pikiran (masalah psikosomatis),
tapi sekarang cabang ilmu hipnotis sudah sedemikian maju sehingga mulai
digunakan di berbagai bidang.
Mitos 7 :
Dibutuhkan
kharisma dan kesaktian tertentu untuk menghipnotis dengan efektif.
Fakta :
Hipnotis adalah sebuah keterampilan
berkomunikasi. Dan sebuah keterampilan tentu bisa dipelajari oleh siapa saja.
Mitos 8 :
Untuk belajar hipnotis dibutuhkan bakat khusus.
Fakta :
Karena hipnotis adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang dikembangkan secara ilmiah, tentu saja setiap
orang mampu mempelajari dan menguasainya, sama seperti belajar ilmu psikologi
dan ilmu pengetahuan yang lain.
Mitos 9 :
Untuk menanamkan sebuah sugesti, seseorang harus dibuat “tidur”
terlebih dahulu.
Fakta :
Kondisi terhipnotis tidak sama dengan
tidur, melainkan hanyalah sebuah perubahan kesadaran yang terjadi ketika
pikiran seorang klien mulai rileks.
Mitos 10 :
Hipnotis tidak dianjurkan untuk orang yang belajar meditasi karena
sifatnya yang bertentangan.
Fakta :
Teknik meditasi itu ada ratusan jenis, tapi secara umum bisa dibagi
jadi 2, meditasi aktif (naik ke kesadaran yang lebih tinggi) dan meditasi
pasif (yang mengosongkan pikiran).
Kesimpulan :
Hipnotis itu ilmiah dan tidak berbahaya. Berada dalam
kondisi terhipnotis bukan berarti kehilangan kesadaran dan juga tidak
kehilangan kontrol, bahkan kondisi terhipnotis memberikan lebih banyak kontrol
kepada klien, karena dengan hipnotis klien bisa dibimbing untuk menurunkan atau
menaikkan kesadarannya sesuai dengan kebutuhan.
Dan
Hipnotis dianalogikan seperti sebuah kaca pembesar atau faktor kali yang bisa
dimanfaatkan dalam bidang apa saja karena sifatnya yang mampu mempercepat
sebuah proses dan membuatnya menjadi lebih efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar